Jumat, Mei 29, 2009

Tiga Warna

Tahun terakhir di SMP I (1965) kalau nggak salah ingat saya di klas IIIC. Tempat duduk saya nomor 2 dari belakang di jalur paling kanan. Saya sebangku sama Hartono, anak Priyobadan. Di depan saya Rini Gunawan dan Kusumastuti, di belakang saya Anggardjito dan Paryamto. Anggardjito adalah siswa pindahan dari Semarang, waktu klas I dia belum ada. Jadi saya kenal sama dia ya di klas 3 itu. Dia rajin dan tekun sekali belajar. Pelajaran apa saja dia tekuni dan dia pelajari, baik itu pelajaran eksakta maupun non-eksakta. Dia tidak hanya jago aljabar, ilmu ukur, ilmu alam, ilmu hayat saja, tapi juga jago sejarah, ilmu bumi, bahasa dan lain-lain. Biasanya orang berminat pada satu bidang saja tetapi tidak berminat pada bidang lain tetapi Anggardjito menekuni dan belajar dengan keras semua mata pelajaran. Mungkin nilainya di raport hampir semuanya 9. Seingat saya dia yang jadi juara SMP I waktu ujian tahun 1965.
Ada satu kebiasaan yang saya amati sering dilakukannya dalam rangka memperdalam ilmunya. Sering saya lihat waktu mencatat pelajaran dia menggunakan pensil untuk menulis. Mula-mula saya heran mengapa ia pakai pensil sedangkan semua teman yang lain sudah pakai pulpen atau bolpen. Rupanya catatan yang dibuat dengan pensil itu sore harinya dibaca dan dipelajari sambil ditulis ulang (ditimpa) pakai tinta biru. Dan malamnya diulang lagi membaca dan mempelajari catatan itu sambil ditulis lagi dengan tinta hitam. Jadi ada tiga warna pada catatannya. Kalau siang warna abu-abu (warna pensil), sorenya warna biru dan malamnya warna hitam. Saya sering melihat buku catatannya memang tertulis pakai tinta tapi ada bekas-bekas tulisan pensil yang sudah ditimpa tinta. Baru sekali ini saya melihat ada orang belajar dengan cara seperti ini (ditulis tiga kali). Mungkin dia mencontoh dari orang lain yang saya belum pernah mengetahuinya.
Saya kagum dan salut sama dia, pada semangat belajarnya yang sangat kuat. Makanya tidak heran kalau prestasi akademiknya ruarrr....biasa...
Kalau di kelas tidak ada pelajaran biasanya anak-anak pada ngobrol dan guyonan tapi saya lihat dia asyik membaca pelajaran atau buku wajib.
Karena kemampuannya itu dia dengan mudah meraih gelar doktor bidang fisika di sebuah universitas di AS dan sekarang bekerja di Badan Tenaga Atom. Waktu reuni SMP I di Wisma Gondopuri Solo dia juga datang.
Saya kira ini bisa jadi contoh anak cucu kita supaya rajin belajar seperti teman kita Anggardjito. Kalau semua orang Indonesia rajin belajar dan bekerja keras seperti Anggardjito, mungkin Indonesia bisa menyamai Jepang dalam waktu 20 tahun (bisa nggak ya....he...he....he...)

Best regards,
Wirawan

Kamis, Mei 28, 2009

Rabu, Mei 27, 2009

Video Bu Anung baca puisi

Bu Anung baca puisi waktu pertemuan Pannama di rumah Wirawan.

Atmadi

Prof. Umar Mantu di Bandung 10 Mei 2009




Photo Prof Umar mantu di Bandung, bagi teman2 smp1 yang belum di undang, jangan kawatir, nanti pak Umar akan ngunduh mantu di Jogya 26 September setelah lebaran, Insya Allah kita warga smp1 akan diundang.
Atmadi


Mantu anak pertama laki laki 2008











Ini photo waktu mantu ke dua yang juga dihadiri teman teman smp1, terimakasih kedatangannya.




Atmadi




Photo waktu mantu anak perempuan thn 2006







Ini photo waktu saya mantu anak perempuan yang dihadiri oleh alumni SMP1 Prof Said Jenie alm dan Prof Umar Jenie, dan teman teman smp1 lainnya.
Atmadi



Selasa, Mei 26, 2009

Uji coba masukin gambar

Mau coba upload photo2
Atmadi

Senin, Mei 25, 2009

Elek Tro, biuskupe

saya terkesan dengan guru ilmu alam waktu SMP dulu, namanya pak sis. Sis siapa ya saya nggak ingat persisnya... apa pak siswanto apa pak siswandi ya..... mungkin ada temen yang ingat tolong saya dikoreksi.... oh, ya saya inget sekarang pak siswadi. beliau mengajar dengan cara yang gamblang dan jelas, tanda bahwa beliau menguasai betul ilmu alam. kalau menerangkan lensa cembung, lensa cekung dan bayangan yang terjadi, bayangan maya atau nyata, terbalik atau tidak, lebih besar apa lebih kecil, bisa jelas sekali dan mudah diterima murid. suatu ketika waktu menerangkan lensa dan bayangan ini menyelingi dengan guyonan (joke) maksudnya supaya murid-murid tidak ngantuk. Guyonannya tentang jaman dahulu waktu indonesia masih dijajah belanda sekitar tahun 1930-an gitu. sastro orang boyolali yang punya temen sekampung namanya karyo. karyo sekolah di solo tapi sastro tetap tinggal di kampung. karena sekolah di solo karyo punya pengalaman yang lebih banyak daripada sastro. suatu ketika waktu karyo pulang kampung dia umuk (nyombong) ke sastro kalau ke solo akan diajak nonton bioskop. waktu itu bioskop-bioskop di solo baru saja menggunakan proyektor listrik (electro bioscoope) yang sebelumnya pakai proyektor diputar tangan (manual). Gedung-gedung bioskop yang sudah pakai proyektor listrik diberi tulisan besar-besar "ELECTRO BIOSCOOPE". karena kepengin nonton bioskop sastro bener pergi ke solo nagih janji ke karyo. ternyata karyo di solo lagi nggak punya duit padahal sudah kadung janji mau ngajak nonton sastro. gimana caranya ngelak? karyo punya akal. diajaknya sastro jalan ke bioskop tapi dengan syarat kalau filmnya jelek nggak jadi nonton. sastro manggut-manggut saja, kan mau ditraktir. sampai di gedung bioskop karyo bilang : "tro, iki pileme elek, besok maneh wae liya dina nontone yen pileme apik" sastro jawab : 'lha, kowe ngerti saka ngendi yen pileme elek" jawab karyo : "lha, kuwi kowe wis dikandani sing duwe bioskop, delengen tulisan gede ana nduwur kuwi, tulisan kuwi unine elektro biuskupe (electro bioscoope), dadi yen nonton rak malah rugi" Karena sastro nggak bisa basa inggris, ya percaya saja sama karyo dan mau diajak pulang. Jadi itulah cerita lucunya sebagai selingan pelajaran lensa dan cahaya yang diberikan oleh Pak Sis. saya jadi inget cerita kancil dan macan dalam Buku Gelis Pinter Maca. waktu kancil ketemu macan ditanya lagi apa, kancil menjawab lagi nunggu sabuke kanjeng nabi sulaiman, padahal itu ular lagi tidur. terus macan pengin nyoba. kancil bilang kalau mau nyoba boleh saja tetapi saya lari dulu takut dimarahi sama kanjeng nabi sulaiman............. selanjutnya pasti teman-teman sudah pada tahu akhirnya........... best regards, Wirawan.

Rabu, Mei 20, 2009

Diwulang Kok Maido

Maido itu kan Basa Jawa artinya tidak percaya, menyangkal atau membantah. Kalau orang Jawa maido biasanya bilang : Ah, pret..... atau Ah, gombal....... Kalau orang Jawa Timur maido bilang : Ngawur ae.....kon... Jadi judul diatas itu artinya diajari kok nggak percaya. Kejadiannya waktu saya di kelas 3 SMP I, siang-siang habis istirahat ke-2 pelajaran ilmu bumi (kalau tidak salah ingat). Pak guru sedang menerangkan di depan kelas tahu-tahu ada bunyi pret... di belakang. Rupanya ada temen kepentut (kentut tapi tidak sengaja) mungkin karena perutnya sedang kembung atau mules. Kelas jadi tegang nggak ada yang berani ngomong sama sekali suasana kelas sunyi senyap. Teman yang merasa bersalah karena ngeluarin gas tadi juga merasa takut dan malu. Tiba-tiba Pak Guru komentar : "Diwulang kok maido" langsung anak-anak tertawa gerrr........................... Ternyata Pak Guru tidak marah. Setelah ada yang komentar kiri-kanan sebentar, suasana tenag kembali dan Pak Guru meneruskan pelajarannya. Saya lihat teman yang kepentut tadi sudah lega tidak dimarahi sama Pak Guru. Maklum jaman itu kita semua takut sama Pak Guru. Jaman dulu kalau ketemu Pak Guru pasti nunduk dan beri hormat. Waktu SD malah murid pasti membawakan sepeda Pak Guru sampai ke kandang sepeda dan murid yang lain membawakan tasnya. Kalau mau masuk kelas baris dulu dua-dua, baru kemudian disuruh masuk barisan yang paling rapi. Saya dengar di Jepang tradisi ini masih dijalankan sampai sekarang untuk menanamkan disiplin. Malah disana setiap murid harus mencium tangan gurunya dulu baru masuk kelas. Tapi kalau hal ini saya ceritakan kepada anak saya supaya ditiru, komentarnya : Ah, itu mah jadul pak........... (jadul=jaman dulu) sekarang nggak ada lagi................. Kembali ke cerita diatas, saya sudah lupa siapa ya temen yang kepentut di kelas itu. Kalau gurunya seingat saya Pak Mursidi guru Ilmu Bumi, beliau rumahnya di Sambeng. Beliau ternyata tidak marah malah mengeluarkan komentar yang lucu sehingga anak-anak tertawa. Siapa lagi teman yang punya kisah lucu...............please share ke blog kita ini..........best regards, Wirawan.

Kamis, Mei 14, 2009

SUSUNAN PENGURUS PANAMMA SMPN I SOLO


Penasehat : UMAR ANGGARA JENIE
JANGGAN MULADI

Ketua : WIRAWAN SAHLI

Sekretaris : RINI GUNAWAN

Bendahara : MARYUNANI
TITEK MARSETYOWATI

Seksi Sosial : ANTO SUKARDJO
ANDREAS PINITOYO

Seksi Dokumentasi : SULISTYO ATMADI

Seksi Umum : RASWATI


PERWAKILAN CABANG :

Solo : SITI NURYATI
Jogyakarta : MARCHABAN
Surabaya : BAMBANG DARYANTO
BOEDYO POERNOMO
Malang : SUKO ADI WAHYUNI
Bandung : SULISTYO ATMADI



Pemain Ketipung Dadakan

Saya pernah jadi pemain ketipung dadakan. Ceritanya waktu itu pramuka SMP I mengikuti camping di Panasan dalam rangka HUT Pramuka. Tahun 1962 atau 1963 saya lupa persisnya. Kita naik truk AURI dari halaman sekolah sampai di lapangan bola Panasan. Disitu sudah banyak didirikan tenda-tenda untuk menampung anak-anak pramuka yang ikut acara. Sorenya diadakan malam kesenian di gedung pertemuan dekat situ. Yang mengisi acara juga anak-anak pramuka, ada tari-tarian, deklamasi, standen dan lain-lain. Pramuka SMP I menampilkan band-bocah. Yang saya inget pemainnya antara lain Banendro pegang gitar, Widodo main bas, yang lainnya lagi saya lupa tapi penyanyinya saya ingat bener yaitu Djoko Marsono. Djoko dan saya boleh dibilang teman akrab, kalau sekolah saya sering ngampiri dia. Saya suka telpon-telponan kalau dirumah. Dia sering dolan ke rumah saya dan saya juga sering dolan ke rumahnya. Ibunya Djoko suka masak, saya seneng kalau main ke rumahnya disuguhi kue enak-enak. Waktu di Panasan itu kita sudah masuk ke gedung pertemuan, tiba-tiba Djoko mencari saya. Katanya : 'Wan, kamu bisa main ketipung nggak?" Saya jawab : "Bisa saja" Dia bilang : "Ini pemain ketipungnya nggak datang, harus ada gantinya" Sebetulnya saya hanya asal jawab saja kalau saya bisa main ketipung, soalnya di kampung saya ada kelompok gambusan yang dimainkan pemuda-pemuda tetapi saya belum ikut main. Saya hanya ikut nonton tapi kadang-kadang kalau mereka lagi istirahat saya coba-coba mukul-mukul ketipung. Saya tiru-tiru mereka saja gimana cara mukulnya.
Karena itu waktu ditanya sama Djoko saya jawab bisa saja. Terus Djoko bilang sama temen-temennya pemain band kalau Wirawan bisa pegang ketipung. Terus saya disuruh ke belakang panggung disuruh coba mainkan ketipung di depan anak-anak band itu. Saya mainkan saja yang saya bisa plak...ketiplak...ketipung...ketipung... gitu saja saya pukul berulang-ulang. anehnya mereka menganggap saya bisa main. Terus salah satu ada yang memberi contoh cara mukulnya....tak...dung..dung..tak.... Saya coba ikuti irama itu tapi kok saya kurang cocok, mungkin karena saya biasa memukul ala gambusan.
Giliran layar dibuka band main saya pukul saja sebisa saya nggak usah ngikuti arahan teman tadi, pokoknya cocok di telinga saja. Lagunya Burung Kakatua dinyanyikan sama Djoko sambil pantatnya megal-megol, penonton tepuk tangan rame sekali karena Djoko nyanyinya gak malu-malu, lepas saja sambil bergaya. Jadi penonton nggak denger ini ketipungnya cocok apa nggak karena sudah senang sama nyanyinya Djoko. Tapi saya denger ada temen-temen yang duduk di depan teriak-teriak heran : "Lho, itu kok Wirawan ikut main band" Memang saya selama itu tidak pernah ikut latihan band. Yang lain pada latihan sebelumnya, lha saya nggak pernah ikut latihan, tapi kok tahu-tahu muncul di panggung. Saya juga heran waktu itu kok saya mau saja ikut main. Lha, namanya juga pemain ketipung dadakan. Saya sudah lupa waktu itu siapa sebenarnya yang harusnya main ketipung tetapi tidak datang dan mengapa tidak datang, mungkin sakit ya...... Nuwun, Wirawan.

Selasa, Mei 12, 2009

Jajanan SMP I

Seingat saya waktu di SMP dulu (1965), kalau istirahat anak2 pada jajan di warung di halaman belakang sekolah. Depan warung ada pohon rimbun. anak2 pada makan kue disitu. Yang punya warung namanya siapa ya..... pak Giarto apa Pak Biyarto....saya tidak ingat persisnya. Kalau beli jajanan ngelongok dari jendela. Jaman dulu bentuk seperti itu disebut bango ya....? jajanan ditaruh diatas meja yang letaknya agak jauh dari jendela tempat anak2 ngantri minta diladeni. Mejanya sengaja ditempatkan agak jauh mungkin supaya tidak bisa diranggeh anak2. Kalau beli kita serahkan uang dan menyebut nama kue yang diinginkan. Pak Giarto dibantu isterinya yang menerima uang dan mengambilkan jajanan yang kita beli. Jadi temen2 tidak bisa jadi darmaji ya..... (dahar lima ngaku hiji). Jajanan favorit saya : tempe goreng, tahu goreng, lento, klenyem, blanggreng, tape goreng (alias randa royal), mie goreng atau mihun goreng yang dibungkus daun pisang, kadang2 beli kacang goreng, minumannya segar dingin........maknyus....
jaman dulu belum ada coca-cola, burger, kentucky chicken. pokoke wareg. biasanya anak2 kalau jajan istirahat pertama jam 9, kalau istirahat kedua jam 11 sudah jarang yang beli jajanan, karena duit sangunya sudah habis. seingat saya uang jajan saya hanya cukup untuk beli sebotol minuman dan sepotong kue. kalau beli kue dua potong tidak bisa beli minuman. saya sering beli kue dua potong tanpa beli minuman, kok bisa ya, kok tidak sereten ya....makan tanpa minum. kalau sekarang makan tanpa minum perut langsung kembung dan bunyi kruyuk2 karena pencernaannya terganggu. tapi jaman dulu masih kecil bisa saja dan tidak masalah. Best regards, Wirawan

Sabtu, Mei 09, 2009

Foto Pertemuan di rumah Wirawan

Foto2 pertemuan di rumah Wirawan tanggal 3 Mei 2009
acaranya antara lain diisi dengan geguritan yang dibawakan oleh Bu Anung. Lalu saya nembang dandanggula 2 pupuh, mas umar (ma'um) memberikan sambutan dan bercerita tentang saudara kembarnya said alm. waktu belajar di AS. juga rekan kita permadi dari solo kirim ular-ular yang dibacakan oleh janggan muladi. nuwun......wirawan

Foto Pertemuan di rumah Wirawan

Pertemuan Panamma di rumah Pak Anung

Teman2 ini foto2 pertemuan di rumah Bapak/Ibu Anung tanggal 11 Januari 2009

Pertemuan Panamma di rumah Pak Anung

Foto-foto Panamma

Teman2 ini foto-foto pertemuan panamma di rumah Pak Wahto (alm) tanggal 19 Oktober 2008

foto-foto pertemuan panamma di rumah Pak Wahto (alm)

Jumat, Mei 08, 2009

Pak Tabri

Waktu di SMP I dulu saya terkesan dengan guru ilmu hayat (sekarang mah biologi)namanya Pak Tabri. Kalau pelajaran beliau kita harus belajar malamnya karena begitu beliau masuk kelas langsung nanya salah satu murid tentang pelajaran minggu lalu. Kalau tidak belajar pasti kelimpungan gak bisa jawab. Pernah suatu hari saya ditunjuk maju kedepan disuruh gambar penampang monokotil dan dikotil tapi saya bisa loh, mudah kok kalau batang dikotil ada hatinya kalau monokotil seperti kelapa gak ada hatinya. kita diajari menyingkat supaya gampang ingat contohnya avertebrata : askarronggaduricalunbuku (amuba, binatang bersel satu, binatang karang, binatang berongga,binatang berduri, binatang bercalun, binatang berbuku-buku) kalau vertebrata mbrai (binatang menyusui, burung,reptil, ampibia, ikan). saya juga heran kok sampai sekarang saya masih inget beberapa singkatan dari beliau. beliau suka memanggil kita berdasarkan nama orangtuanya, saya dipanggil pak sahli, anto dipanggil pak kardjo, umar dipanggil bu jenie, merry dipanggil pak tenggi dst. very nostalgic moment indeed..... regard, wirawan

Rabu, Mei 06, 2009

ASAL USUL TERBENTUKNYA PANAMMA

Sebulan sebelum bulan puasa tahun 2008 yl, tercetus pikiran penulis untuk mengajak sahabat Djanggan Muladi mengumpulkan kembali bekas teman-teman waktu masih di SMPN I Solo angkatan enam lima, jadi kira2 teman yang berpisah 43 yang lalu........
Sebuah pemikiran yang sulit dicerna. Tapi karena kemauan keras kami berdua akhirnya kami sepakat untuk mencobanya...

Dengan Misi "Ngumpulke Balung Pisah" dan Visi "Kembali bersama-sama lagi....sampai akhir waktu nanti", kami merencanakan untuk mengadakan acara "Silaturahmi dan Temu Kangen" antara mantan murid dan mantan guru kita pada waktu acara Lebaran di Solo, dan gagasan tersebut kami beritahukan kepada teman2 yang masih bisa kita hubungi. Mereka menyambut dengan antusias mengenai rencana tersebut, dan menyatakan bersedia membantu mencari informasi tentang teman2 kita dari SMPN I angkatan 65.

Akhirnya kami bentuk panitia kecil yang terdiri dari Djanggan Muladi, Anto Sukardjo, Liessye, Raswati dan saya sendiri (Rini Gunawan)untuk mengolah rencana tersebut.

Adapun dana untuk penyelenggaraan reuni tersebut kami himbau dari beberapa teman kita yang pada punya posisi dan jabatan yang mapan untuk menjadi Donatur. Mereka a.l adalah Prof.DR. Umar Anggara Jeni (Direktur LIPI), DR.Dr.Moh.Munawar (ahli jantung dan dokter kepresidenan), DR.Gunawan Sumodiningrat (Dirjen PPLH dan staf ahli Wapres), Ir.Trihadi Karnanto (direktur Bangun Tjipta Pratama), Tohar Setiabudi dan beberapa donatur lainnya. Akhirnya kesepakatan terjadi, acara akan diselenggarakan hari ketiga setelah Lebaran, yaitu tanggal 04 Oktober 2008, bertempat di SMPN I Solo.

Dari hasil pencarian data oleh teman2 yang masih berdomisili di Solo, ternyata masih banyak teman2 yang bisa diketahui keberadaannya, termasuk mantan guru2 kami yang waktu itu masih ada yaitu 9 orang, a.l :
Bp. Supadmadi, Ibu Supadmadi, Bp.DR.Anung Haryono, Ibu Anung Haryono, Ibu Titiek Iswati, Bp. Kantoro, Ibu Liliek, (Bp. Suwahto dan Ibu Pujiati), yang keduanya belum lama ini sudah almarhum. Kepada para mantan Guru kita tersebut kita haturkan kenang2an masing2 sebuah arloji merk Alexander Christie yang cukup berharga.

Pertemuan berlangsung dengan sangat meriah, penuh suka cita kenangan yang indah masa2 disekolah, disamping kenangan sedih karena telah ada beberapa teman kita yang sudah mendahului kita, a.l : Prof.Dr.Said Djauharsyah Jenie, yg tadinya menjabat sebagai Direktur IPTN, Sdr.Sularso Tjokrohandoko, Si Kembar Saryatno dan Saryanto, Tanti Josepha, Aryo Tejo, Martono, Yono Murtopo, Uma Isa, Hardyono Asmo, Djoko Suyitno dan mungkin masih banyak lagi yang tidak kita dengar beritanya secara akurat.

Kami menikmati berbagai makanan khas Solo yang sengaja dipesan bersama perangkatnya, hiburan suara oleh mantan2 teman kita penyanyi tempo dulu yaitu Lies Gabeler, Trihadi Karnanto dan beberapa teman lainnya yang ternyata masih merdu suaranya.
Diisi juga sambutan dari teman kita Prof.DR.Umar Anggara Jenie, yang didalam sambutannya juga mengenang saudara kembarnya Prof.DR.Said Djauharsyah Jenie yang belum lama wafat. Kemudian oleh DR.Dr.Moh.Munawar yang mengisi acara tentang Serangan Jantung pada manusia seusia kita, dan diakhiri doa oleh Prof.DR.Marchaban, dekan Fak.Pharmasi UGM. Acara berlangsung dari jam 11.00 s/d jam 15.00, dan dihadiri sekitar 100 orang.Ternyata tidak sedikit mantan para murid SMPN I Solo yan mempunyai gelar sebagai Profesor, Doctor dan Sarjana2 serta menduduki posisi2 penting di instansi pemerintah, militer, swasta, akademis sesuai dengan gelar masing2.
Sulit kita lupakan adegan yang rasanya tidak mungkin terjadi, karena memang benar2 ada yang sudah sejak lulus th.1965 dan baru ketemu kembali. Senang, sedih, haru tak tergambarkan disini.

Pada hari berikutnya segenap Panitia berkumpul di rumah makan Ramayana, untuk saling melaporkan tugas dan tanggung jawab masing2. Kami semua merasa puas, bahwa hasil kerja keras kami yang waktunya sangat sempit itu berhasil dengan sangat memuaskan.
Disinilah kembali tercetus gagasan untuk tetap melestarikan pertemuan yg.lalu itu agar misi dan visi yang kita cetuskan dapat berlanjut.
Akhirnya semua sepakat untuk membentuk suatu paguyuban yang dinamakan "PANAMMA", yang didapat dari singkatan Paguyuban Angkatan Enam Lima, SMPN I Solo.

Demikianlah sekilas info tentang PANAMMA....! Marilah sama2 kita junjung tinggi nama paguyuban kita tersebut. Dan dengan dibukanya BLOG ini kita harapkan dapat menjadi ajang komunikasi antara sesama alumni SMPN I Solo, khususnya Alumni tahun 1965.
Marilah kita berbagi berita, informasi dan canda tawa didalam blog ini. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan2 yang dapat kami tampilkan disini. Kami mohon MASUKAN2 dan SARAN2nya. Terimakasih. RINI GUNAWAN ( 0811.139.675 ), E-mail : rinigunawan@yahoo.com.

BAMBANG EKALAYA

kemarin waktu acara di rumahku, aku terkesan dengan cerita mas umar(ma'um) tentang said alm. tidak diberi beasiswa untuk melanjutkan studi s-3 sehingga harus mengajar di harvard untuk membiayai s-3nya. seperti bambang ekalaya yang harus dipotong jarinya untuk bisa berguru ke begawan dorna. saya jadi inget komik mahabarata r.a kosasih, bambang ekalaya tiap hari ngintip pandawa dan kurawa yang sedang belajar olah kanuragan kepada begawan dorna. meskipun hanya melihat d ari jauh dia bisa menyerap semua ilmu dorna. ganti cerita saya 2x seminggu berenang di kolam dekat rumah. banyak anak2 latihan renang dibawah seorang pelatih. pelatih selalu teriak2: kaki lurus, kepala nunduk, kaki lurus, kepala nunduk. instruksi ini saya praktekkan setiap kali kaki mancal kebelakang segera luruskan dan kepala nunduk. ternyata manjur. renang saya jadi cepat dan efisien, saya tidak ngos2-an lagi. saya jadi bambang ekalaya juga. bisa nyuri ilmunya dengan ngintip2 doang he...he....he..... regard, wirawan

Minggu, Mei 03, 2009

Tragedi

Syahdan, Riziq mengunjungi sebuah sekolah di Aceh, setahun setelah Meulaboh dihancurkan tsunami. Ia dipersilakan bicara di depan sebuah kelas yang baru dibangun kembali. Ia senang, sebab dulu, sebelum jadi anggota DPR, ia seorang dosen jurusan sastra Inggris.

Ia pun maju. Sambil mengingat bencana yang terjadi di Aceh, ia menulis di papan tulis: T-R-A-G-E-D-I.

”Anak-anak,” katanya kepada murid-murid sekolah menengah itu, ”kalian tahu apa arti tragedi?”

”Tahu, Pak!” jawab para murid hampir serentak.

”Bagus! Coba beri contoh bagaimana sebuah tragedi terjadi!”

Murid A: ”Apabila seorang tua memanjat pohon mangga untuk memetik sebuah buat cucunya yang sakit—tapi ia terjatuh dan mati.”

Riziq: ”Oh, itu bukan tragedi. Itu kecelakaan.”

Murid B: ”Apabila sebuah asrama yang dihuni serombongan olahragawan nasional kena gelombang tsunami dan semuanya tewas.”

Riziq: ”Oh, itu bukan tragedi. Itu namanya kehilangan besar yang menyedihkan bangsa.

Murid C: ”Apabila Bapak dan tujuh orang anggota DPR lain terbang dengan sebuah helikopter, dan tiba-tiba pesawat terguncang, terbalik, dan bapak semua jatuh ke dalam jurang.”

Riziq: ”Nah, itu yang benar—itulah contoh tragedi. T-R-A-G-E-D-I! Coba kamu terangkan kepada teman-temanmu, kenapa itu bisa disebut tragedi.”

Murid C: ”Pertama, karena itu pasti bukan kecelakaan. Kedua, karena itu pasti bukan sebuah kehilangan besar yang menyedihkan bangsa